14 Oktober 2009

PENTINGNYA KEAMANAN UNTUK PERTUMBUHAN EKONOMI

Almuttaqin/Qin Mahdy

Koran SINDO, 25 Juli 2009

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejak sebelum kemerdekaan 1945 dikumandangkan, sebenarnya telah menggoreskan sebuah catatan penting yang mesti menjadi pegangan kita dalam menelisik problem stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bahwa perekonomian sangat erat hubungannya dengan keamanan, itu bukan lagi sebatas wejangan kosong melompong, tapi justru sudah menjadi konsep nyata yang mesti dipegang erat bagi pemerintahan negara Indonesia.

Ini dapat kita lihat ketika bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, kemudian disusul Jepang, apa yang terjadi? Ekonomi kita amburadul, sosial terabaikan, sehingga masyarakat pada waktu itu hanya bisa mengkonsumsi makanan seadanya. Padahal mereka memiliki lahan kebun dan ladang yang cukup luas. Ini karena keamanan tidak stabil, rakyat diperas, hasil bumi Indonesia dikuras, alhasil Indonesia waktu itu kehilangan harta kekayaannnya di tanah sendiri.

Masih soal keamanan, pada tahun 1998 tragedi demi tragedi kembali bergejolak. Mulai dari pertarungan etnis di salah satu sisi, pembantaian, hingga Reformasi digulirkan, apa yang terjadi? Indonesia waktu itu kembali mengalami krisis yang berkepanjangan yang imbasnya bisa kita rasakan sampai hari ini. Betapa harga-harga melonjak begitu tajam tak terkendali, angka kemiskinanpun semakin menggelembung dan jumlah itu membuat bangsa ini dikategorikan sebagi bangsa termiskin dan terlemah di dunia.

Dan ternyata pada tahun 2002 tragedi bom Bali 1 juga menyebabkan bangsa ini kembali memasuki masa-masa sulit, walau tidak seganas masa Reformasi. Namun, tragedi ini telah menyebabkan rupiah terperanjat dan ekonomi Indonesia melemah, karena berkurangnya turis dan investor-investor asing yang mau menanam saham di Indonesia. Bom Bali telah menyebabkan IHSG melemah tajam 200 poin dari Rp 9.600 menjadi Rp 9.800 per dolar Amerika (AS).

Baru-baru ini ancaman stabilitas ekonomi kembali menggoncang Indonesia, yaitu ledakan Bom di Hotel JW. Marriott dan Ritz-Carlton yang menewaskan 9 orang dan 5 lainnya luka-luka. IHSG sempat melemah akibat tragedi ini, namun menguat kembali 40,201 poin ke level 2.146,554. Walau tidak berakibat fatal bagi perekonomian bangsa untuk jangka panjang, namun setidaknya ada pelaku ekonomi yang dirugikan dalam tragedi ini, salah satunya club sepak bola papan atas Mancester United (MU) memutuskan tidak jadi datang ke Indonesia pada 18 Juli lalu.

Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, baik itu para pelaku ekonomi, masyarakat sebagai konsumen, pemerintah dan terutama pihak yang bertanggunjawab atas stabilitas keamanan di negeri ini untuk selalu siaga dalam menjalankan tugas di segala lini. Jangan sampai ada celah untuk orang-orang yang ingin merusak bangsa ini dengan ledakan-ledakan yang lebih dahsyat lagi, karena ini sudah cukup membuat kita terperangah. Waspada itu mesti, karena hal ini menyangkut hak hidup orang banyak. Dan budaya “mencari payung setelah hujan reda” itu mesti kita campakkan jauh-jauh mulai hari ini.

Tidak ada komentar: