27 Juni 2016

Riba dan Pesan Nabi untuk Umat Islam Akhir Zaman



Riba. Banyak umat Islam yang lupa dan lalai untuk menjauhi urusan yang satu ini. Urusan yang membuat banyak orang terlena dengan kenikmatan dunia dan menafikan dosa-dosa yang ditimbulkannya. Riba adalah prilaku yang diharamkan oleh Allah Swt seperti yang dijelaskan dalam beberapa ayat dalam Al-Quran. Riba artinya ziyadah (tambahan) yaitu mengambil tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.

Pada empat belas abad yang lalu Rasulullah Saw sudah memberikan peringatan kepada umat Islam bahwa salah satu tanda-tanda akhir zaman (kiamat) adalah ketika semua orang tidak bisa lepas dari praktek riba, hampir di semua lini kehidupannya. Sehingga apabila mereka ingin melakukan transaksi apapun, dimanapun dan kapanpun, maka ia otomatis terkena riba.

"Pada empat belas abad yang lalu Rasulullah Saw sudah memberikan peringatan kepada umat Islam bahwa salah satu tanda-tanda akhir zaman (kiamat) adalah ketika semua orang tidak bisa lepas dari praktek riba, hampir di semua lini kehidupannya."


Banyak hadits yang menjelaskan kebenaran tentang kabar ini, salah satunya hadit Rasulullah Saw, “Menjelang datangnya hari kiamat akan merajalela riba,” (HR Thabrani).

Melalui hadits lain Rasulullah Saw juga bersabda, “Sungguh akan datang pada manusia suatu masa (ketika) tidak ada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta) riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena debu (riba)-nya,” (HR Ibnu Majah).

Dalam hadits lain yang bersangkutan mengenai persoalan ini Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman yang pada waktu itu orang tidak memperdulikan lagi harta yang diperolehnya, apakah dari jalan halal atau dari jalan haram.” (Shahih Bukhari).

Hadits-hadits ini menjelaskan betapa hiruk-pikuk praktek riba pada akhir zaman sudah menjangkit semua lini kehidupan umat Islam. Tua-muda, kaya-miskin, semua melakukannya. Mereka sudah tidak peduli lagi sumber rizki halal atau haram. Bahkan, manusia yang ingin keluar dari riba pun ia masih tetap terkena riba karena jalur utama transaksi keuangan dan perdagangannya tersebut dipegang oleh sistem kekuasaan yang berasaskan riba.

Zaman Akhir, Zaman Kita?
14 abad yang lalu Rasulullah melontarkan peringatan melalui hadits-hadits yang sudah saya jelaskan tersebut kepada para sahabatnya. Tentu sudah melewati banyak dekade zaman, kehidupan dan perang dunia. Namun pernahkan kita membayangkan bahwa zaman akhir yang disebutkan oleh Rasulullah itu adalah zaman kita (1437 Hijriyah atau 2016 Masehi) saat ini? Sebab, semua yang dijelaskan Rasulullah Saw tersebut sudah jelas terlihat dan benar-benar sudah terjadi dalam kehidupan kita.

Cobalah kita mencermati semua urusan kita terkait uang, bisnis dan belanja yang mau tidak mau sudah terkoneksi dengan bank-bank yang menghalalkan riba, sementara semua umat Islam berada di dalamnya dan sulit sekali keluar darinya, maka sudah bisa dipastikan bahwa yang disebut akhir zaman oleh Rasulullah itu adalah zaman kita saat ini, dan pesan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw itu adalah pesan untuk kita semua umat Islam yang hidup di zaman ini.

Bayangkan saja semua orang saat ini tidak bisa lepas dari praktek riba oleh dunia perbankan, lebih-lebih untuk urusan pembiayaan dan kartu kredit yang bunganya cukup fantastik. Kita semua seperti sudah dipaksa harus bertransaksi ke bank. Mau bayar pulsa harus lewat bank. Menabung di Bank. Mau belanja online lewat bank. Bayar kuliah lewat bank. Bayar asuransi lewat bank. Mau kredit motor lewat bank. Kredit mobil lewat bank. KPR rumah harus lewat bank. Mau buka usaha harus pinjam uang dari bank. Gajian tranfer lewat bank. Mau kirim uang ke orang lain harus melalui bank, dan masih banyak transaksi-transaksi lainnya yang membuat semua umat Islam begitu terikat dengan bank yang menghalalkan riba. Sehingga semuanya terlena, seolah-olah tidak berdosa karena sudah terbiasa.

"Bayangkan saja semua orang saat ini tidak bisa lepas dari praktek riba oleh dunia perbankan, lebih-lebih untuk urusan pembiayaan dan kartu kredit yang bunganya cukup fantastik. Kita semua seperti sudah dipaksa harus bertransaksi ke bank." 


Bahkan, pada prinsipnya ketika kita masih menggunakan uang kwartal atau uang kertas terbitan pemangku kebijakan  keuangan dalam setiap urusan dan transaksi kita, maka kita sudah termasuk bertransaksi riba. Inilah yang kemudian yang disebut oleh Rasululla Saw bahwa tanda-tanda akhir zaman adalah ketika orang-orang yang tidak ingin memakan riba ia tetap akan terkena debunya riba, karena pusat urusan keuangannya masih dikendalikan oleh pemilik riba.

Seringan-Ringannya Dosa Riba
Di akhir zaman ini riba sudah menjadi semacam virus mematikan yang memiliki banyak jalan untuk menggerogoti umat Islam. Sehingga tidak ada seorang pun yang bisa terlepas dari dosanya. Rasulullah mengabarkan tentang ada 73 macam riba, sedangkan dosa riba yang paling ringan adalah seperti menzinahi ibu kandung sendiri. Rasulullah bersabda, “Riba itu ada 73 macam. Sedangkan (dosa) yang paling ringan  adalah seperti seseorang yang menikahi (menzinahi) ibu kandungnya sendiri,” (HR Ibnu Majah).

Berzinah dengan orang lain adalah dosa besar. Apalagi menzinahi ibu kandung sendiri, tentu dosanya lebih besar lagi. Lalu bagaimana dengan dosa riba yang paling berat? Rasulullah Saw pernah bersabda, “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang, sementara ia tahu, adalah lebih berat (dosanya) daripada berzinah dengan 36 pelacur. (HR Ahmad).

Satu dirham itu bila dikalkulasikan dengan rupiah sama dengan 50 ribu rupiah. Artinya apabila seseorang memakan harta hasil riba hanya sebesar Rp 50 ribu, sama dengan telah berzinah dengan 36 pelacur. Coba bayangkan bagaimana dengan harta yang mengandung riba yang jumlahnya lebih dari 50 ribu rupiah, jutaan hingga milyaran rupiah? Artinya pelaku riba sudah menzinahi berapa ratus dan berapa ribu pelacur dalam hidupnya. Lalu apabila disejajarkan dengan hukuman bagi pezinah, maka berapa ratus kali atau berapa ribu kali pelaku riba harus dirajam? Ini belum termasuk azab yang akan ia terima di akhirat nanti yang tentu saja sangat dahsyat dan amat mengerikan.

"Satu dirham itu bila dikalkulasikan dengan rupiah sama dengan 50 ribu rupiah. Artinya apabila seseorang memakan harta hasil riba hanya sebesar Rp 50 ribu, sama dengan telah berzinah dengan 36 pelacur. Coba bayangkan bagaimana dengan harta yang mengandung riba yang jumlahnya lebih dari 50 ribu rupiah, jutaan hingga milyaran rupiah?"


Disamping itu riba telah membuat banyak bencana dan mala petaka di dunia. Berapa banyak orang yang kehilangan hartanya gara-gara tidak sanggup bayar angsuran motor, mobil, cicilan rumah, dan hutang usaha. Motor disita, mobil ditarik bank, rumah disegel, tanah dicaplok, hingga perusahaan diakuisi sepihak oleh yang punya kebijakan, karena sudah tidak sanggup membayar hutang riba. Dengan sistem bunga yang cukup tinggi tersebut berapa banyak umat manusia yang mati kelaparan karena telah terjadi kesenjangan ekonomi dan tidak meratanya pembangunan akibat dari menumpuknya uang dan barang di satu lokasi pemilik modal yang menjalankan riba.

Inilah fakta terbesar yang harus dihadapi oleh semua umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia, bahwa dengan kondisi riba yang sudah menggerogoti semua sendi kehidupan kita, artinya kita sekarang berada di akhir zaman. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Bisakah kita keluar dari riba? Bagaimana caranya?

Cara Keluar dari Riba
Untuk semua umat muslim di Indonesia dan seluruh dunia, harus kita ketahui bahwa keluar dari riba adalah menjadi keharusan, karena riba itu adalah termasuk perbuatan dosa. Kita tentu tidak mau setiap hari menanggung dosa seperti menikahi ibu kandung sendiri atau menzinahi 36 pelacur dengan hukuman rajam berpuluh dan beratus kali. Disamping itu zinah adalah perbuatan dosa, juga sangat hina bahkan lebih hina dari binatang.

"Kita tentu tidak mau setiap hari menanggung dosa seperti menikahi ibu kandung sendiri atau menzinahi 36 pelacur dengan hukuman rajam yang berates-ratus kali. Disamping itu zinah adalah perbuatan dosa, juga sangat hina bahkan lebih hina dari binatang."


Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah beristigfar memohon ampunan Allah Swt dan segera kembali kepada Al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. Kedua, segera tinggalkan semua urusan-urusan kita yang ada di bank-bank riba dan segera beralih ke sistem syariah seperti yang dilakukan oleh banyak bank Syariah yang dinaungi oleh OJK Syariah dengan sistem pendanaan atau pembiayaan yang dilakukan oleh jaringannya secara Islam. Ketiga, harus teliti dalam bertransaksi, pastikan semua perusahaan keuangan yang melayani kita adalah yang menggunakan sistem syariah. Untuk informasi mengenai layanan keuangan syariah kita bisa mencari informasi melalui website dan blog yang ada di internet.

Kelima, istiqomah dalam menjalankannya, sehingga tidak ada posisi tawar lagi untuk beralih menggunakan sistem keuangan konvensional, karena yang halal itu sudah jelas dan yang haram itu juga sudah sangat jelas, sedangkan riba adalah bagian dari haram. Apabila kita masih menjalankan dan mendukung sistem riba artinya kita tidak mengabaikan seruan Allah Swt dan Rasul-Nya dan berharap kiamat akan segera datang. Wallahualam

19 Januari 2016

ANAK YATIM ITU MENGAJAK SAYA MENCINTAI RONALDO


Saya senang bermain bola sejak kecil. Bahkan cita-cita saya dulu waktu usia 9 tahun (1996) ingin menggantikan Anang Maaruf (salah satu pemain legendaris Sumatera) pria hebat asal club sepak bola Semen Padang. Disamping namanya pada waktu itu cukup dikenal, kebetulan nama orangtua saya Maaruf juga. haha Ketika saya bermain dan menendang bola selalu dimirip-miripkan dengan gaya Anang. Betapa bahagianya pada waktu itu, walau bermain menggunakan bola plastik, tanpa alas kaki, ketika menendangnya mengenai bagian lipatan plastik yang tebal itu jadi terasa cukup sakit, tapi luka menganga baru diketahui sesaat setelah sudah berada di rumah. Menurut saya itu kisah yang menyakitkan tapi saya bahagia.

Akan lebih bahagia lagi apabila turun hujan. Kami senang bermain bola di tengah hujan diantara genangan air berlumpur yang menyirami seluruh lapangan. Aura permainan menjadi lebih hangat dan heroik. Padahal di atas kepala gemuruh petir terus membahana seperti suara bom yang diledakkan. Kalau orangtua saya tahu keadaan yang cukup ekstrim ini pasti ia akan melarang. Apalagi karena air yang menggenang kadang bola berjalan jadi agak lamban, kami sering terkecoh, terpeleset dan berjatuhan. Itu akan menjadi lebih sulit ketika bola mendekati gawang, karena biasanya genangan air di sana lebih dalam, dan bola tidak bisa berjalan sama sekali kecuali dijepit diantara dua paha, lalu loncat-loncat. Semua pemain pun jadi berkerumun mengejar seperti tauran anak-anak kota, tendang-menendang sementara mulut berteriak entah mengucapkan apa. Teriakan-teriakan heboh itu kini masih cukup terngiang di telinga saya. Dan lapangan hijau yang bergerundulan karena dipenuhi bekas kotoran kerbau itu masih membayang dalam ingatan. Ah... tentu itu kenangan yang sangat tidak bisa dilupakan sepanjang hayat.

Namun, cita-cita saya menjadi Anang putus di tengah jalan begitu memperoleh ultimatum dari nenek karena ketahuan main bola di tengah hujan pada hari itu, "Teruslah main bola! Kalu patah-reok awak dak kao ngurus kawan!" (Bahasa Jambi) Artinya pergila bermain bola, kalau sampai patah (kakinya) saya tidak mau mengurus kamu. Nenek menatap saya dengan raut muka yang mengerikan. Saya belum pernah melihat beliau menjadi segarang itu. Setelah amarah yang cukup membara itu saya tidak pernah lagi bermain bola bersama teman-teman, hingga saya disekolahkan di Boarding School yang cukup jauh dari kampung halaman. Cita-cita menjadi pemain bola pun pupus. Saya disuruh menjadi kyai.

2004 tsunami menerjang Aceh. Waktu itu usia saya (17) sudah cukup remaja. Ronaldo tiba-tiba datang untuk menemui salah satu anak yatim-piatu korban tsunami bernama Martunis. Ia diselamatkan oleh warga dalam keadaan yang mengenaskan selama 20 hari tanpa makanan dan ia mengenakan jersey Portugal bertulis Ronaldo. Tak dinyana Ronaldo pun tergerak hatinya memberi bantuan, menjadikannya sebagai anak angkat, lalu membawanya ke Portugal. Ini menjadi berita heboh di jagad sepak bola pada waktu itu dan mungkin menjadi penanda melejitnya karier Ronaldo di bursa sepak bola dunia.

Jujur, waktu itu saya tidak kenal Ronaldo. Sejak masuk Boarding School akses saya di dunia sepak bola terputus. Saya tidak boleh bermain bola, tidak boleh nonton televisi dan tidak bisa membaca koran. Saya hanya dibolehkan membaca buku dan bermain gambus. Akhirnya saya tidak kenal Ronaldo, begitu pula Messi, apalagi Luiz Suarez. Yang saya tahu pada waktu itu cuma Maradona, Zidane, Ronaldo dari Brazil, Beckam dan Anang Maaruf. Itupun saya tidak melihat semua aksi-aksi hebat mereka di layar kaca. Sedangkan Ronaldo saya benar-benar baru mengenalnya ketika ia rela jauh-jauh dari Portugal cuma untuk menyantuni Martunis si anak malang yang ditinggal mati kedua orangtuanya akibat tsunami.

Gara-gara aksi Ronaldo ini akhirnya saya kembali membuka banyak kitab hadits, salah satu diantaranya Hadits Arbain soal menyantuni anak yatim: “Aku dan orang yang memelihara anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian Rasulullah SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya." (HR. Bukhari, Turmudzi, Abu Daud). 

Menurut Islam menyantuni anak yatim itu adalah bagian dari perintah yang sangat mulia dan sangat disukai oleh Rasulullah SAW. Allah akan memberikan balasan surga kepada orang yang suka menyantuni anak yatim. Hal ini juga saya temukan dalam banyak hadits lain; “Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan muslimin, dan memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni.(HR. Turmudzi)

Setelah menemukan hadits ini saya jadi agak sedikit bingung mengenai sah tidaknya amal Ronaldo. Lalu kemudian saya bertanya kepada beberapa guru pengasuh di Boarding School, "Ustad, apabila Ronaldo non Muslim tapi menyantuni yatim dari kalangan muslim, apakah dia bisa memperoleh surga?" Kira-kira seperti itu pertanyaan saya. Sang ustad rata-rata menjawab bahwa amal Ronaldo tertolak karena alasan ia belum beriman. Semua amalan-amalannya akan menjadi amal sosial yang akan dikenang baik oleh manusia. Dia tidak bisa memperoleh surga.

Saya kemudian melempar pertanyaan lagi kepada salah satu ustad asal Majalengka, "Ustad, mungkinkah Allah kasih surga untuk Ronaldo itu ketika di dunia?" Tanpa pikir panjang sang ustad menjawab dengan salah satu dalil Hadits; “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Bila dikaitkan hadits ini dengan kejayaan yang didapatkan oleh Ronaldo pada saat ini mungkin ada benarnya, bahwa surga yang telah dijanjikan Allah itu sudah ditunaikan di dunia. Inilah yang kemudian bisa disebut sebagai ganjaran amal sosial. Kekuatan doa dari ribuan orang yang sudah merasakan kebaikannya adalah menjadi salah kunci kesuksesannya. Bila melihat kiprah Ronaldo dalam aksi sosial kita tidak bisa menampiknya karena sudah begitu banyak aksi solidaritas yang sudah ia lakukan mulai dari pendidikan, kesehatan, perdamaian dunia, dan lingkungan hidup.

Namun kita tidak bisa menafikan sosok internal Ronaldo yang super perfection yang memiliki tubuh atletis dan visi yang tinggi. Dan inilah yang menjadi semacam etos kerja yang luar biasa yang membuat ia mampu meraih prestasi terbesar di jagad sepak bola di atas muka bumi. Jadi, ia layak dicintai bukan hanya karena kepeduliannya, tapi cara dia menatap masa depan, konsep hidup dan spirit yang pantang menyerah. Dan saya sangat respect sekali ketika mengetahu bahwa Ronaldo punya tiga pantangan yaitu rokok, tato dan alkohol. Ini patut kita tiru.

Akhir kata, dengan tidak memandang agama manapun, Ronaldo telah menghidupkan kembali spirit sepak bola saya yang dulu sempat putus, dan anak yatim bernama Martunis itu pelan-pelan telah mengajak saya untuk mencintai Ronaldo.