23 Januari 2017

Hafiz Cilik, Tonggak Peradaban Agama dan Bangsa


Beberapa tahun belakangan ini sejak munculnya acara kompetisi Hafiz Indonesia di salah satu stasiun televisi swasta membuat dunia penghafalan Al-Quran kembali hidup. Apalagi didukung oleh ustadz Yusuf Mansur yang memang konsen dalam pengembangan para Tahfizul Quran melalui PPPA Darul Quran dan melalui program Wisuda Akbar yang diselenggarakan meriah setiap tahun sebagai penghargaan terhadap para hafiz-hafiz cilik yang telah menghafal Al-Quran. Iklim dunia penghafalan Al-Quran menjadi semakin bergairah dan semarak. Gaungnya terdengar sangat jelas dari timur sampai penjuru barat Tanah Air.
Hal semacam ini patut kita syukuri dan kita apresiasi bersama, karena di tangan para penghafal Al-Quranlah Allah SWT akan menjaga keshahihan dan kesucian Al-Quran, sehingga tidak satu pun orang jahil yang bisa mengubah isi atau sebagian ayat dari Al-Quran. Disamping itu pula bila kita kembali membaca sejarah para ahli kitab, para mufassirin dan ilmuan-ilmuan dahulu, bahwa para hafiz cilik ini adalah calon pemimpin, ulama dan ilmuan masa depan yang akan mengembangkan semua hal terkait urusan kehidupan sesuai dengan zamannya.
Lihatlah para ulama-ulama besar yang pemikirannya banyak menjadi rujukan umat Islam hari ini di dunia, mereka semua rata-rata adalah orang yang sudah hafal Al-Quran sejak usia masih kecil. Sebut saja Imam Syafi'i (150 H-204H) tokoh besar yang ilmu fiqihnya banyak dipakai oleh kalangan umat Islam Indonesia ini, beliau telah menghafalkan Al-Quran ketika usia 7 tahun. Selain itu ahli tafsir terkemuka Imam Ath-Thabari ( 224 H – 310 H) beliau sudah hafal Al-Quran pada usia 7 tahun dan pada usia 8 tahun beliau sudah dipercayai untuk menjadi imam shalat dan menulis hadits pada usia 9 tahun. Ibnu Qudamah ( 541 H – 620 H) seorang imam, ahli fiqih, beliau hafal Al-Quran pada usia 10 tahun. Imam Nawawi hafal Al-Quran sebelum baligh. Imam Ahmad bin Hanbal hafal Al-Quran sejak kecil. Imam As-Suyuthi (w: 911 H), hafal Al-Qur'an sebelum umur 8 tahun, umur 15 tahun hafal kitab al-Umdah, Minhaj al-Fiqh wa al-Ushul, Alfiyah Ibn Malik dan Ibnu Hajar Al-Atsqalani (w: 852 H) hafal Al-Qur'an ketika berusia 9 tahun.
Mereka yang mampu menghafal Alquran sejak kecil bukan cuma para ulama dan para mufassirin, tapi tokoh besar seperti Ibnu Sina ( 370 H- 428 H) sosok ahli dalam bidang kedokteran dan filsafat ini pada usia 10 tahun sudah hafal Al Qur'an. Pada usia 16 tahun beliau sudah menguasai ilmu biologi dan ilmu kedokteran. Karya beliau yang terkenal adalah Al Qanun fi Tibb (The Canon of Medicine). Selain itu Umar bin Abdul Aziz, sosok pemimpin yang jujur dan rendah hati ini ternyata juga hafal Al-Quran ketika masih kecil.
Lihatlah sudah berabad-abad setelah mereka wafat mereka telah meninggalkan banyak sekali jejak-jejak keteladan dan karya-karyanya telah membuka pikiran generasi Islam setelahnya. Kemampuan mereka menghafalkan Al-Quran telah membuka pemikiran mereka terhadap semua bidang ilmu dan apa-apa yang tersembunyi di dunia untuk kemudian menjadi kebaikan dan maslahah untuk kehidupan generasi saat ini.
Pantaslah kalau Al-Ghazali pernah berkata dalam salah satu karyanya, kalau kita ingin melihat masa depan suatu negara, tengoklah generasi mudanya. Kalau anak-anak muda kita hari ini rajin mengaji dan menghafal Al-Quran insya Allah masa depan negerinya akan aman karena negaranya masih dipegang oleh para ahli Quran.
Oleh sebab itu mari kita bersama (khususnya para orangtua) dekatkan anak-anak kita kepada Al-Quran sejak dini, karena masa emas adalah masa dimana anak-anak mampu dengan cepat meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya yaitu ketika ketika balita. Banyak cara bisa kita lakukan dan banyak produk pendukung yang sudah kami siapkan melalui Al-Qolam.  Sebelum terlambat, sebelum tua, nanti menyesal tidak mengenal huruf alif ba ta dan tidak bisa membaca doa untuk orangtua.


Almuttaqin: Divisi Edukasi Al-Qolam