19 Januari 2016

ANAK YATIM ITU MENGAJAK SAYA MENCINTAI RONALDO


Saya senang bermain bola sejak kecil. Bahkan cita-cita saya dulu waktu usia 9 tahun (1996) ingin menggantikan Anang Maaruf (salah satu pemain legendaris Sumatera) pria hebat asal club sepak bola Semen Padang. Disamping namanya pada waktu itu cukup dikenal, kebetulan nama orangtua saya Maaruf juga. haha Ketika saya bermain dan menendang bola selalu dimirip-miripkan dengan gaya Anang. Betapa bahagianya pada waktu itu, walau bermain menggunakan bola plastik, tanpa alas kaki, ketika menendangnya mengenai bagian lipatan plastik yang tebal itu jadi terasa cukup sakit, tapi luka menganga baru diketahui sesaat setelah sudah berada di rumah. Menurut saya itu kisah yang menyakitkan tapi saya bahagia.

Akan lebih bahagia lagi apabila turun hujan. Kami senang bermain bola di tengah hujan diantara genangan air berlumpur yang menyirami seluruh lapangan. Aura permainan menjadi lebih hangat dan heroik. Padahal di atas kepala gemuruh petir terus membahana seperti suara bom yang diledakkan. Kalau orangtua saya tahu keadaan yang cukup ekstrim ini pasti ia akan melarang. Apalagi karena air yang menggenang kadang bola berjalan jadi agak lamban, kami sering terkecoh, terpeleset dan berjatuhan. Itu akan menjadi lebih sulit ketika bola mendekati gawang, karena biasanya genangan air di sana lebih dalam, dan bola tidak bisa berjalan sama sekali kecuali dijepit diantara dua paha, lalu loncat-loncat. Semua pemain pun jadi berkerumun mengejar seperti tauran anak-anak kota, tendang-menendang sementara mulut berteriak entah mengucapkan apa. Teriakan-teriakan heboh itu kini masih cukup terngiang di telinga saya. Dan lapangan hijau yang bergerundulan karena dipenuhi bekas kotoran kerbau itu masih membayang dalam ingatan. Ah... tentu itu kenangan yang sangat tidak bisa dilupakan sepanjang hayat.

Namun, cita-cita saya menjadi Anang putus di tengah jalan begitu memperoleh ultimatum dari nenek karena ketahuan main bola di tengah hujan pada hari itu, "Teruslah main bola! Kalu patah-reok awak dak kao ngurus kawan!" (Bahasa Jambi) Artinya pergila bermain bola, kalau sampai patah (kakinya) saya tidak mau mengurus kamu. Nenek menatap saya dengan raut muka yang mengerikan. Saya belum pernah melihat beliau menjadi segarang itu. Setelah amarah yang cukup membara itu saya tidak pernah lagi bermain bola bersama teman-teman, hingga saya disekolahkan di Boarding School yang cukup jauh dari kampung halaman. Cita-cita menjadi pemain bola pun pupus. Saya disuruh menjadi kyai.

2004 tsunami menerjang Aceh. Waktu itu usia saya (17) sudah cukup remaja. Ronaldo tiba-tiba datang untuk menemui salah satu anak yatim-piatu korban tsunami bernama Martunis. Ia diselamatkan oleh warga dalam keadaan yang mengenaskan selama 20 hari tanpa makanan dan ia mengenakan jersey Portugal bertulis Ronaldo. Tak dinyana Ronaldo pun tergerak hatinya memberi bantuan, menjadikannya sebagai anak angkat, lalu membawanya ke Portugal. Ini menjadi berita heboh di jagad sepak bola pada waktu itu dan mungkin menjadi penanda melejitnya karier Ronaldo di bursa sepak bola dunia.

Jujur, waktu itu saya tidak kenal Ronaldo. Sejak masuk Boarding School akses saya di dunia sepak bola terputus. Saya tidak boleh bermain bola, tidak boleh nonton televisi dan tidak bisa membaca koran. Saya hanya dibolehkan membaca buku dan bermain gambus. Akhirnya saya tidak kenal Ronaldo, begitu pula Messi, apalagi Luiz Suarez. Yang saya tahu pada waktu itu cuma Maradona, Zidane, Ronaldo dari Brazil, Beckam dan Anang Maaruf. Itupun saya tidak melihat semua aksi-aksi hebat mereka di layar kaca. Sedangkan Ronaldo saya benar-benar baru mengenalnya ketika ia rela jauh-jauh dari Portugal cuma untuk menyantuni Martunis si anak malang yang ditinggal mati kedua orangtuanya akibat tsunami.

Gara-gara aksi Ronaldo ini akhirnya saya kembali membuka banyak kitab hadits, salah satu diantaranya Hadits Arbain soal menyantuni anak yatim: “Aku dan orang yang memelihara anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian Rasulullah SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya." (HR. Bukhari, Turmudzi, Abu Daud). 

Menurut Islam menyantuni anak yatim itu adalah bagian dari perintah yang sangat mulia dan sangat disukai oleh Rasulullah SAW. Allah akan memberikan balasan surga kepada orang yang suka menyantuni anak yatim. Hal ini juga saya temukan dalam banyak hadits lain; “Barangsiapa mengambil anak yatim dari kalangan muslimin, dan memberinya makan dan minum, Allah akan memasukkannya ke surga, kecuali bila ia berbuat dosa besar yang tidak terampuni.(HR. Turmudzi)

Setelah menemukan hadits ini saya jadi agak sedikit bingung mengenai sah tidaknya amal Ronaldo. Lalu kemudian saya bertanya kepada beberapa guru pengasuh di Boarding School, "Ustad, apabila Ronaldo non Muslim tapi menyantuni yatim dari kalangan muslim, apakah dia bisa memperoleh surga?" Kira-kira seperti itu pertanyaan saya. Sang ustad rata-rata menjawab bahwa amal Ronaldo tertolak karena alasan ia belum beriman. Semua amalan-amalannya akan menjadi amal sosial yang akan dikenang baik oleh manusia. Dia tidak bisa memperoleh surga.

Saya kemudian melempar pertanyaan lagi kepada salah satu ustad asal Majalengka, "Ustad, mungkinkah Allah kasih surga untuk Ronaldo itu ketika di dunia?" Tanpa pikir panjang sang ustad menjawab dengan salah satu dalil Hadits; “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Bila dikaitkan hadits ini dengan kejayaan yang didapatkan oleh Ronaldo pada saat ini mungkin ada benarnya, bahwa surga yang telah dijanjikan Allah itu sudah ditunaikan di dunia. Inilah yang kemudian bisa disebut sebagai ganjaran amal sosial. Kekuatan doa dari ribuan orang yang sudah merasakan kebaikannya adalah menjadi salah kunci kesuksesannya. Bila melihat kiprah Ronaldo dalam aksi sosial kita tidak bisa menampiknya karena sudah begitu banyak aksi solidaritas yang sudah ia lakukan mulai dari pendidikan, kesehatan, perdamaian dunia, dan lingkungan hidup.

Namun kita tidak bisa menafikan sosok internal Ronaldo yang super perfection yang memiliki tubuh atletis dan visi yang tinggi. Dan inilah yang menjadi semacam etos kerja yang luar biasa yang membuat ia mampu meraih prestasi terbesar di jagad sepak bola di atas muka bumi. Jadi, ia layak dicintai bukan hanya karena kepeduliannya, tapi cara dia menatap masa depan, konsep hidup dan spirit yang pantang menyerah. Dan saya sangat respect sekali ketika mengetahu bahwa Ronaldo punya tiga pantangan yaitu rokok, tato dan alkohol. Ini patut kita tiru.

Akhir kata, dengan tidak memandang agama manapun, Ronaldo telah menghidupkan kembali spirit sepak bola saya yang dulu sempat putus, dan anak yatim bernama Martunis itu pelan-pelan telah mengajak saya untuk mencintai Ronaldo.