13 Oktober 2009

MELIHAT TINGKAH POLAH ELITE POLITIK LEWAT KARTUN


Judul : DARI PRESIDEN KE PRESIDEN
Penulis : Benny Rachmadi
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : 1, 2009
Tebal : 333 halaman
Harga : Rp 80 000,-


Resensi
Oleh : Almuttaqin/qin mahdy
Koran Jakarta, 12 Agustus 2009

Wacana politik, seringkali dihidangkan ke hadapan masyarakat banyak berwujud dari suasana serius dan monoton, bahkan sangat lekat dengan aktifitas berfikir keras dalam IQ dan wacana tingkat tinggi. Sehingga di dalamnya sering muncul kata-kata ilmiah seperti oposisi, supremasi, perspektif, refleksi, dan masih banyak lagi kata-kata lainnya yang sangat ironis jika tak ditemukan di dalam kamus. Oleh sebab itu banyak masyarakat Indonesia terutama kaum remaja lebih memilih membaca cerita-cerita rekaan (fiksi) dan banyolan konyol ketimbang membaca buku-buku politik yang menurut mereka membosankan dan berbelit-belit.
Namun, ditengah gejolak politik yang sedang hangat-hangatnya pasca pemilu ini, kita tak perlu risau dengan wacana politik yang membosankan seperti yang digambarkan di atas. Sebab buku yang berjudul Dari Presiden ke Presiden karya Benny Rachmadi akan menawarkan sudut pandang baru untuk melihat serba-serbi gejala dan wacana politik di tanah air sejak masa tumbangya Soeharto 1998 hingga pemerintahan SBY 2009. Uniknya buku ini bukan berbentuk tulisan yang panjang, melainkan Benny telah mengubahnya menjadi gambar-gambar kartun yang khas dan lucu sesuai dengan karakter masing-masing tokoh politik.
Jika melihat dari kacamata sejarah, kartun politik seperti ini awalnya ditemukan di majalah Punch (sebuah media Inggris) pada tahun 1843. Ketika itu majalah Punch menerbitkan kartun berisi satir tentang pembangunan kembali gedung parlemen Inggris yang hangus terbakar. Kemudian kartun jenis ini mulai berkembang di Eropa, menyebar luas ke Asia dan Indonesia, sehingga hari ini pun kita bisa menikmatinya di banyak media massa di tanah air.
Perkembangan publikasi kartun di media massa dewasa ini cukup melejit, karena Indonesia adalah negeri yang full affair sarat peristiwa, terutama ketika dihadapkan pada tingkah polah elit politik, ini adalah satu perikehidupan di Indonesia yang sangat ironi. Seperti Habibie dengan kabinetnya yang tidak kompak, oleh Benny digambarkan Habibie sedang memimpin sebuah orchestra. Demikian pula ketika ia ragu untuk mengusut tap MPR RI No. XI Tahun 1998, ia digambarkan sosok yang lugu dengan jejak-jejak kaki yang berbelit-belit. Kemudian gambaran kabinet pelangi versi gusdur, gusdur utak atik pejabat, bongkar pasang kabinet, isu bumbu masakan berbahan tidak halal, Mega Wati dan flu burung, bom Bali, hingga gambaran presiden SBY menjadi tokoh populer pun digambarkan sedimikian unik oleh Benny dengan karakter yang utuh dan cukup mengena.
Buku ini adalah kumpulan kartun Benny yang merekam jejak wacana dan pelaku politik yang pernah dimuat pada Tabloid Kontan di mingguan dan harian sejak tahun 1998 hingga 2009. Seperti halnya teks, kartun adalah roh surat kabar (hlm. VIII) yang memiliki arti yang sangat dalam, ia seolah berbicara, bercerita, dan lebih-lebih ia akan membawa identitas bagi surat kabar yang memunculkannya.
Pemilik nama lengkap Benny Rachmadi ini adalah satu dari dua kartunis seri ”Lagak Jakarta” yang dikenal sebagai seniman yang jeli menyihir pahit-getir kehidupan bangsa Indonesia ke dalam kartun yang kocak. Bersama Mice ia melaporkan semua itu dengan bahasa gambar yang cerdas. Kadang, kendatipun sudah silam satu dekade, namun laporan Benny dan Mice masih tetap aktual, kocak dan bisa menjadi obat mujarab bagi siapa saja yang haus akan hiburan. Demikian pula dengan buku ini, sambil menyelam kita bisa menjejaki sari-sari sejarah perjalan politik bangsa yang penuh warna.

Tidak ada komentar: