Maret-April adalah puncak ibadah ibadah umrah setelah dibuka keran umrah 2012 oleh Departemen Agama RI .
Banyak travel mengirim jemaah pada bulan ini. Salah satunya Hikmah yang sudah memberangkatkan
lebih dari 500 jemaah Maret-April 2012. Bagaimana kisahnya selama di sana ? Saya menulisnya untuk Anda.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya
datang juga. Kali ini giliran saya berangkat menemani jemaah Hikmah umrah ke
tanah suci Mekkah, setelah beberapa minggu lalu tim media Agus Budiman juga
ditugaskan ke sana .
Segala perlengkapan sudah disiapkan. Kamera, handycame. Setelah shalat dzuhur
saya segera meluncur ke Bandara Soekarno Hatta.
Tim handling Iwan, Ucok, Roy dan yang lainnya sudah
siap di bandara menunggu kedatangan jemaah Bukit Tinggi yang dijadwalkan tiba
pukul 16.00 WIB. Namun, rombangan baru bisa turun pesawat pukul 16.30 WIB.
Dengan sigap, tim handling langsung membagikan paspor, id card, buku kenangan
dan semua dokumen penting lain yang diperlukan saat pemeriksaan bagian imigrasi
bandara. Tak lupa mereka mengurus semua koper jemaah.
Afwan, direktur utama Hikmah juga
turun tangan mengurusi jemaah. Di dekat antrean loket imigrasi ia tampak takut
sekali jemaah terlambat masuk ke pesawat, karena waktu boarding sudah dekat. “Ayo
ibu-ibu pindah ke loket ini, kosong,” katanya sambil mengarahkan tangannya.
Setelah melewati pemeriksaan di loket
imigrasi, tepat pukul 18.00 WIB – lagi-lagi “molor” dari jadwal keberangkatan semula
– kami pun terbang menuju Jeddah dengan pesawat Garuda Indonesia, nomor
penerbangan GA0983.
Di pesawat ngapain aja?
Tim handling Hikmah memang jempolan.
Semua urusan tetek-bengek barang dan perlengkapan jemaah sudah ditangani. Bahkan
ketika di Madinah dan Mekkah. Sehingga jemaah tinggal menikmati perjalanan dan nantinya
melakukan ibadah yang khusuk di tanah suci Mekkah. Tak ada lagi pertanyaan yang
terlontar, semua jemaah sudah duduk manis di bangku masing-masing. Semua tampak
asik menikmati makanan pembuka sore itu!
Butuh waktu 9 jam menuju Jeddah.
Jemaah ngapain aja? Ustaz Abu Bakar menyarankan kepada seluruh jemaah untuk
selalu berdzikir dan melafalkan kalimat talbiyah sebanyak-banyaknya selama di
perjalanan. Membaca ayat-ayat Al-Quran. Ia tak lupa mengingatkan kembali cara
melakukan tayamum kepada para jemaah yang hendak melaksanakan shalat isya’ di
pesawat.
Apa yang dikatakan ustaz itu baik
untuk para jemaah. Apalagi ini merupakan perjalanan ibadah. Menghabiskan waktu
dengan tidur-tiduran di pesawat, ya, tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali
iler dan mata sembab.
Sedangkan Hardesi mengingatkan agar
para jemaah memperbanyak istirahat, menjaga kesehatan dan makan yang cukup.
Karena perjalanan masih cukup jauh. “Kemungkinan kita baru sampai Jeddah jam 4
subuh,” katanya ramah dengan logat khas Minang saat menjawab pertanyaan jemaah.
Makan cukup ibadah
lancar
Tidak ada rangkaian ritual umrah yang
dilaksanakan di Madinah. Semua terpusat di kota Mekkah. Namun pahala ibadahnya sama-sama
besar, karena berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw, shalat di dua masjid Haram
sama pahalanya 10.000 kali lipat dibanding shalat di masjid biasa. Selama di
Madinah seluruh jemaah memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi.
Raudhah adalah salah satu tempat yang
paling diburu para jemaah. Karena apapun doa yang diucapkan di sana , akan dikabulkan oleh
Allah Swt.
Selama umrah, tidak ada problem dalam
urusan ibadah, semua jemaah melaksanakan seperti apa yang sudah dijelaskan oleh
Ustaz Abu Bakar. Namun, untuk urusan tawaf dan sa’i ia menekankan agar jemaah
mengikuti arahan pembimbing dan tidak terlepas dari rombongan. Karena itu
adalah ritual wajib dalam umrah. Jemaahpun setia mengikuti hingga usai.
Begitu pun dalam urusan makan, gizi
tercukupi. Banyak jemaah senang, karena mereka mendapatkan pelayanan full
board langsung dari hotel. Menunya bermacam-macam, ada banyak pilihan
sesuai selera. Namun berbeda saat di Mekkah, di Hotel Zam-zam, jemaah harus berlelah-lelah
sedikit untuk berdiri di barisan antrean yang cukup panjang, karena di sana jemaah Hikmah bergabung
dengan jemaah travel lain lain dalam satu catring.
Ustaz super
“Bukan ustaz Abu Bakar namanya kalau
tidak memegang microfone,” istilah ini sengaja dibuat oleh Media Hikmah setelah
memperhatikan beliau selama di Madinah dan Mekkah. Di mana-mana ia selalu
memegang alat pengeras suara tersebut.
Ustaz Abu Bakar memang menjadi daya
tarik bagi jemaah Bukit Tinggi sejak dulu setelah Hardesi. Keduanya dikenal
semangat dan memiliki pengabdian yang tinggi untuk melayani jemaah dengan prinsip
memudahkan, ikhlas dan mengutamakan kesempurnaan.
Suatu ketika Media Hikmah sempat
mengikuti rombongan jemaah melakukan ziarah ke beberapa situ Islam. Lagi-lagi Ustaz
Abu Bakar terlihat berdiri paling depan. Dengan microfone di tangan ia tidak
sungkan-sungkan untuk mengajak para jemaah turun hotel, berkumpul di lobi dan
mengaturnya saat mau masuk bus.
Tiba di dalam bis ia yang memimpin
doa. Dan satu hal yang luar biasa, ia mau menjelaskan secara detail kepada
jemaah tentang situs-situs Islam yang terlihat selama di perjalanan dan
menjelaskan tentang sejarahnya. Padahal itu tugas mutawif. Alhasil, semua
jemaah jadi mengangguk-angguk faham.
Estafet maut
Boleh dibilang Hikmah merupakan
travel yang paling produktif membawa jemaah umrah selama Maret 2012. Karena
dalam satu bulan tersebut, Hikmah mengirim 7 rombongan. Jemaah Bukit Tinggi,
Jambi, Semarang , Palembang ,
Makassar dan Jakarta .
Hanya berselang beberapa hari dan minggu saja, rombongan jemaah yang satu datang
sementara yang lain bersiap-siap pualgn ke tanah air.
Pengalaman ini membuat media takjub
kepada Hikmah. Karena di usianya yang kelima,masih cukup muda, Hikmah sudah bisa
menjangkau hampir seluruh wilayah nusantara.
Namun, karena banyaknya jemaah tidak
sebanding dengan petugas yang ada di Arab Saudi beberapa waktu lalu petugas
Hikmah sempat keteteran mengurus jemaah. Terutama masalah pemondokan yang
tadinya harus 500 meter dari Al-Haram terpaksan harus mundur 800 meter karena
keterlambatan dalam pembokingan.
Elly Lubis selaku pembimbing senior
sempat kecewa dengan petugas Hikmah di Arab Saudi. “Saya baru kali ini
menemukan kejadian seperti ini. Kenapa harus saat jemaah yang saya bawa sedang
banyak-banyaknya,” katanya kepada media.
Barangkali ini ujian untuk hikmah
agar segera membenahi masalah pemondokan. Bila perlu dibuat pemondokan khusus
untuk jemaah Hikmah, seiring meningkatnya jemaah yang mendaftar haji dan umrah
di Hikmah. Sehingga untuk urusan pemondokan tidak menjadi kendala di lain
waktu.
Di lain sisi muthawwif juga menjadi
kendala yang cukup krusial saat puncak musim umrah seperti saat itu. Hikmah
butuh banyak muthawwif. “Hikmah perlu mencari tambahan muthawwif profesional
untuk menangani estafet jemaah yang semakin panjang,“ kata Elly.
Semua (dapat) lebih
Tim media berkesempatan
berbincang-bincang dengan beberapa jemaah, salah satunya Rafli(67) dari Bukit Tinggi , ia
mengaku puas selama ikut dengan travel Hikmah. “Pelayanannya sangat bagus. Kita
selalu dapat lebih,” katanya. “Janjinya di hotel lain, malah dapat di Zamzam Tower ,
ini kan luar
biasa,” kata pria yang pada bulan Ramadhan nanti akan berangkat lagi umrah ke
Mekkah dengan travel Hikmah ini.
“Mudah-mudahan kedepan Hikmah bisa
lebih baik lagi,” lanjutnya. Semoga doa orang-orang yang shaleh seperti bapat
itu benar-benar membuat Hikmah menjadi travel yang selalu melayani jemaah
dengan sempurna dan penuh rasa tulus-ikhas. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar