"Di
tengah ritual ibadah umrah yang padat, saya bersama rombongan 'mencuri
waktu' untuk mengunjungi rumah mufti Syafi’i yaitu Habib Umar Al-Jailani. Apa saja pesannya untuk para jemaah dan Muslim Indonesia?"
Tak ada angin, tak ada hujan, pagi
itu tiba-tiba saya diculik salah satu muthawwif, Dedi, pemuda asal Lombok di kamar 706 hotel Nawarat Syams, Mekkah. Saya akrab sekali dengan pemuda ini. Katanya saya mau dibawa silaturahim ke rumah ulama besar di kota Mekkah, dan sekaligus itu guru beliau.
Awalnya saya agak sungkan, karena kualitas bahasa Arab saya masih di bawah 300. Katanya mereka sudah menyiapkan salah seorang penerjemah, saya pun jadi semangat untuk berangkat.
Rupanya saya tidak sendirian,
ada kira-kira 20 jemaah Hikmah yang lain dari Semarang
sedang menunggu di depan hotel. Mereka juga hendak berkunjung ke sana. Hati saya semakin lega, karena banyak teman. Ustaz Yusuf Isnan juga ikut, beliau adalah kepala rombongan dari Semarang. Kualitas bahasa Arabnya tak
diragukan lagi.
Kami berangkat naik mini bus langsung
menuju kediaman Habib Umar Al-Jaelani yang tidak berapa jauh dari Masjidil-Haram.
Habib Umar merupakan cucunya Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani, salah satu ulama besar
penerus ajaran Imam Syafi’i. Saat ini Habib Umar dinobatkan sebagai Mufti Imam
Syafi’i atau pemberi fatwa tentang ajaran-ajaran Imam Syafi’i ke seluruh dunia.
Tiba di kediamannya jemaah disambut
ramah oleh tiga muridnya yang berbadan besar dan menggunakan jubah putih. Kami dipersilakan masuk ke ruangan Habib
Umar. Namun sayang sekali, jemaah perempuan tidak diperbolehkan masuk ke rumahnya. Ya, begitulah adat Mekkah. Terpaksa para ibu-ibu menunggu di dalam bus.
Sapa hangat beliau pagi itu benar-benar membuat
hati saya sejuk. "Begini rupanya cara orang Arab menyambut tamu," gumam saya dalam hati. Ia menyambut dengan senyum. Cipika-cipiki ala Arab. Sekelebat suasana saat itu langsung berubah menjadi teduh.
Namanya juga rumah ulama besar, so pasti, di dalam rumahnya banyak referensi kitab-kitab. Hampir seluruh dinding rumahnya adalah rak-rak yang dipenuhi oleh buku-buku berbahasa Arab. Kepala saya jadi geleng-geleng melihatnya. Takjub!
Ustaz Yusuf kemudian memulai pembicaraan. Ia menanyakan kabar Habib Umar. Menjelaskan tentang situasi Indonesia saat ini. Kondisi muslim Indonesia. Karena Habib Umar adalah salah satu ulama besar yang paling dekat dengan Indonesia. Ia menyebutkan bahwa
Islam yang paling natural itu ada di Indonesia. “Jangan dianggap Arab itu
Islam. Arab banyak yang bukan pemeluk Islam. Keturunan Abu Jahal dan Abu Lahab masih ada di
sini.” katanya.
Setiap tahun Habib Umar menyempatkan diri ke tanah air untuk menyampaikan risalah/dakwah. Ia sering ke Surabaya, Semarang dan Jakarta. Bahkan, sangkin dekatnya dengan Indonesia, beliau seringkali
memberikan beasiswa kepada pelajar-pelajar Indonesia yang berprestasi untuk melanjutkan
studi di Yaman.
Walau cuma setengah jam berada di kediaman beliau, namun rasanya saya seperti
menuntut ilmu selama satu tahun. Karena wejangan-wejangan yang keluar dari
mulut beliau banyak mengandung hikmah dan motifasi untuk selalu mendekatkan diri
kepada Allah Swt.
Ada satu pesan yang sangat melekat di hati saya “Islam yang paling murni itu ada
di Indonesia,”
katanya. “Oleh sebab itu berpegang teguhlah kalian pada apa yang sudah
diajarkan tentang Islam oleh pendahulu kalian. Karena Ahlus-Sunnah wal Jamaah itu akan diselamatkan oleh Allah.
Lain dengan Syi’ah, ajaran tersebut perlu dijauhi, karena mereka membenci
para Sahabat. Sedangkan Rasul sangat menyayangi sahabat,” katanya.
Hari itu benar-benar menjadi perjalanan yang sangat menakjubkan. Nyesal kalau saya tidak ikut.
Sebelum pulang, beliau memberikan hadiah dua jilid buku
Al-Adabul Mufrad kepada masing-masing jemaah. Buku tersebut merupakan
salah satu hasil telaahnya mengenai Al-Qur'an dan Hadits. Semua jemaah saya lihat menyambut dengan senang. Termasuk saya. Terimakasih Habib Umar. Semoga sehat
selalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar