Beberapa
tahun belakangan ini sejak munculnya acara kompetisi Hafiz Indonesia di salah
satu stasiun televisi swasta membuat dunia penghafalan Al-Quran kembali hidup.
Apalagi didukung oleh ustadz Yusuf Mansur yang memang konsen dalam pengembangan
para Tahfizul Quran melalui PPPA Darul Quran dan melalui program Wisuda Akbar yang
diselenggarakan meriah setiap tahun sebagai penghargaan terhadap para
hafiz-hafiz cilik yang telah menghafal Al-Quran. Iklim dunia penghafalan
Al-Quran menjadi semakin bergairah dan semarak. Gaungnya terdengar sangat jelas
dari timur sampai penjuru barat Tanah Air.
Hal semacam
ini patut kita syukuri dan kita apresiasi bersama, karena di tangan para
penghafal Al-Quranlah Allah SWT akan menjaga keshahihan dan kesucian
Al-Quran, sehingga tidak satu pun orang jahil yang bisa mengubah isi atau
sebagian ayat dari Al-Quran. Disamping itu pula bila kita kembali membaca
sejarah para ahli kitab, para mufassirin dan ilmuan-ilmuan dahulu, bahwa para
hafiz cilik ini adalah calon pemimpin, ulama dan ilmuan masa depan yang akan
mengembangkan semua hal terkait urusan kehidupan sesuai dengan zamannya.
Lihatlah para
ulama-ulama besar yang pemikirannya banyak menjadi rujukan umat Islam hari ini
di dunia, mereka semua rata-rata adalah orang yang sudah hafal Al-Quran sejak
usia masih kecil. Sebut saja Imam Syafi'i (150 H-204H) tokoh besar yang ilmu
fiqihnya banyak dipakai oleh kalangan umat Islam Indonesia ini, beliau telah
menghafalkan Al-Quran ketika usia 7 tahun. Selain itu ahli tafsir terkemuka
Imam Ath-Thabari ( 224 H – 310 H) beliau sudah hafal Al-Quran pada usia 7 tahun
dan pada usia 8 tahun beliau sudah dipercayai untuk menjadi imam shalat dan menulis
hadits pada usia 9 tahun. Ibnu Qudamah ( 541 H – 620 H) seorang imam, ahli
fiqih, beliau hafal Al-Quran pada usia 10 tahun. Imam Nawawi hafal Al-Quran
sebelum baligh. Imam Ahmad bin Hanbal hafal Al-Quran sejak kecil. Imam
As-Suyuthi (w: 911 H), hafal Al-Qur'an sebelum umur 8 tahun, umur 15 tahun
hafal kitab al-Umdah, Minhaj al-Fiqh wa al-Ushul, Alfiyah Ibn Malik dan Ibnu
Hajar Al-Atsqalani (w: 852 H) hafal Al-Qur'an ketika berusia 9 tahun.
Mereka yang
mampu menghafal Alquran sejak kecil bukan cuma para ulama dan para mufassirin,
tapi tokoh besar seperti Ibnu Sina ( 370 H- 428 H) sosok ahli dalam bidang
kedokteran dan filsafat ini pada usia 10 tahun sudah hafal Al Qur'an. Pada usia
16 tahun beliau sudah menguasai ilmu biologi dan ilmu kedokteran. Karya beliau yang
terkenal adalah Al Qanun fi Tibb (The Canon of Medicine). Selain itu Umar bin
Abdul Aziz, sosok pemimpin yang jujur dan rendah hati ini ternyata juga hafal Al-Quran
ketika masih kecil.
Lihatlah sudah
berabad-abad setelah mereka wafat mereka telah meninggalkan banyak sekali jejak-jejak
keteladan dan karya-karyanya telah membuka pikiran generasi Islam setelahnya.
Kemampuan mereka menghafalkan Al-Quran telah membuka pemikiran mereka terhadap semua
bidang ilmu dan apa-apa yang tersembunyi di dunia untuk kemudian menjadi
kebaikan dan maslahah untuk kehidupan generasi saat ini.
Pantaslah
kalau Al-Ghazali pernah berkata dalam salah satu karyanya, kalau kita ingin
melihat masa depan suatu negara, tengoklah generasi mudanya. Kalau anak-anak
muda kita hari ini rajin mengaji dan menghafal Al-Quran insya Allah masa
depan negerinya akan aman karena negaranya masih dipegang oleh para ahli Quran.
Oleh sebab
itu mari kita bersama (khususnya para orangtua) dekatkan anak-anak kita kepada
Al-Quran sejak dini, karena masa emas adalah masa dimana anak-anak mampu dengan
cepat meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya yaitu ketika ketika balita.
Banyak cara bisa kita lakukan dan banyak produk pendukung yang sudah kami
siapkan melalui Al-Qolam. Sebelum
terlambat, sebelum tua, nanti menyesal tidak mengenal huruf alif ba ta
dan tidak bisa membaca doa untuk orangtua.
Almuttaqin:
Divisi Edukasi Al-Qolam