06 Juni 2012

TRAVEL HIKMAH, MELAYANI JEMAAH DENGAN SEMPURNA


Maret-April adalah puncak ibadah ibadah umrah setelah dibuka keran umrah 2012 oleh Departemen Agama RI. Banyak travel mengirim jemaah pada bulan ini. Salah satunya Hikmah yang sudah memberangkatkan lebih dari 500 jemaah Maret-April 2012. Bagaimana kisahnya selama di sana? Saya menulisnya untuk Anda.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kali ini giliran saya berangkat menemani jemaah Hikmah umrah ke tanah suci Mekkah, setelah beberapa minggu lalu tim media Agus Budiman juga ditugaskan ke sana. Segala perlengkapan sudah disiapkan. Kamera, handycame. Setelah shalat dzuhur saya segera meluncur ke Bandara Soekarno Hatta.
Tim handling Iwan, Ucok, Roy dan yang lainnya sudah siap di bandara menunggu kedatangan jemaah Bukit Tinggi yang dijadwalkan tiba pukul 16.00 WIB. Namun, rombangan baru bisa turun pesawat pukul 16.30 WIB. Dengan sigap, tim handling langsung membagikan paspor, id card, buku kenangan dan semua dokumen penting lain yang diperlukan saat pemeriksaan bagian imigrasi bandara. Tak lupa mereka mengurus semua koper jemaah.
Afwan, direktur utama Hikmah juga turun tangan mengurusi jemaah. Di dekat antrean loket imigrasi ia tampak takut sekali jemaah terlambat masuk ke pesawat, karena waktu boarding sudah dekat. “Ayo ibu-ibu pindah ke loket ini, kosong,” katanya sambil mengarahkan tangannya.
Ada 71 jemaah asal Bukit Tinggi yang akan berangkat umrah kali ini. Hikmah selalu membawa ustaz pembimbing. Kali ini jemaah dipimpin langsung oleh Bu Hardesi dan Ustaz Abu Bakar dari Bukit Tinggi. Sedangkan tim medis ada dr. Farhan. Kebetulan saya berangkat bersama mereka.
Setelah melewati pemeriksaan di loket imigrasi, tepat pukul 18.00 WIB – lagi-lagi “molor” dari jadwal keberangkatan semula – kami pun terbang menuju Jeddah dengan pesawat Garuda Indonesia, nomor penerbangan GA0983.

Di pesawat ngapain aja?
Tim handling Hikmah memang jempolan. Semua urusan tetek-bengek barang dan perlengkapan jemaah sudah ditangani. Bahkan ketika di Madinah dan Mekkah. Sehingga jemaah tinggal menikmati perjalanan dan nantinya melakukan ibadah yang khusuk di tanah suci Mekkah. Tak ada lagi pertanyaan yang terlontar, semua jemaah sudah duduk manis di bangku masing-masing. Semua tampak asik menikmati makanan pembuka sore itu!
Butuh waktu 9 jam menuju Jeddah. Jemaah ngapain aja? Ustaz Abu Bakar menyarankan kepada seluruh jemaah untuk selalu berdzikir dan melafalkan kalimat talbiyah sebanyak-banyaknya selama di perjalanan. Membaca ayat-ayat Al-Quran. Ia tak lupa mengingatkan kembali cara melakukan tayamum kepada para jemaah yang hendak melaksanakan shalat isya’ di pesawat.
Apa yang dikatakan ustaz itu baik untuk para jemaah. Apalagi ini merupakan perjalanan ibadah. Menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran di pesawat, ya, tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali iler dan mata sembab.
Sedangkan Hardesi mengingatkan agar para jemaah memperbanyak istirahat, menjaga kesehatan dan makan yang cukup. Karena perjalanan masih cukup jauh. “Kemungkinan kita baru sampai Jeddah jam 4 subuh,” katanya ramah dengan logat khas Minang saat menjawab pertanyaan jemaah.

Makan cukup ibadah lancar
Tidak ada rangkaian ritual umrah yang dilaksanakan di Madinah. Semua terpusat di kota Mekkah. Namun pahala ibadahnya sama-sama besar, karena berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw, shalat di dua masjid Haram sama pahalanya 10.000 kali lipat dibanding shalat di masjid biasa. Selama di Madinah seluruh jemaah memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi.
Raudhah adalah salah satu tempat yang paling diburu para jemaah. Karena apapun doa yang diucapkan di sana, akan dikabulkan oleh Allah Swt.
Selama umrah, tidak ada problem dalam urusan ibadah, semua jemaah melaksanakan seperti apa yang sudah dijelaskan oleh Ustaz Abu Bakar. Namun, untuk urusan tawaf dan sa’i ia menekankan agar jemaah mengikuti arahan pembimbing dan tidak terlepas dari rombongan. Karena itu adalah ritual wajib dalam umrah. Jemaahpun setia mengikuti hingga usai.
Begitu pun dalam urusan makan, gizi tercukupi. Banyak jemaah senang, karena mereka mendapatkan pelayanan full board langsung dari hotel. Menunya bermacam-macam, ada banyak pilihan sesuai selera. Namun berbeda saat di Mekkah, di Hotel Zam-zam, jemaah harus berlelah-lelah sedikit untuk berdiri di barisan antrean yang cukup panjang, karena di sana jemaah Hikmah bergabung dengan jemaah travel lain lain dalam satu catring.

Ustaz super
            “Bukan ustaz Abu Bakar namanya kalau tidak memegang microfone,” istilah ini sengaja dibuat oleh Media Hikmah setelah memperhatikan beliau selama di Madinah dan Mekkah. Di mana-mana ia selalu memegang alat pengeras suara tersebut.
Ustaz Abu Bakar memang menjadi daya tarik bagi jemaah Bukit Tinggi sejak dulu setelah Hardesi. Keduanya dikenal semangat dan memiliki pengabdian yang tinggi untuk melayani jemaah dengan prinsip memudahkan, ikhlas dan mengutamakan kesempurnaan.
            Suatu ketika Media Hikmah sempat mengikuti rombongan jemaah melakukan ziarah ke beberapa situ Islam. Lagi-lagi Ustaz Abu Bakar terlihat berdiri paling depan. Dengan microfone di tangan ia tidak sungkan-sungkan untuk mengajak para jemaah turun hotel, berkumpul di lobi dan mengaturnya saat mau  masuk bus.
Tiba di dalam bis ia yang memimpin doa. Dan satu hal yang luar biasa, ia mau menjelaskan secara detail kepada jemaah tentang situs-situs Islam yang terlihat selama di perjalanan dan menjelaskan tentang sejarahnya. Padahal itu tugas mutawif. Alhasil, semua jemaah jadi mengangguk-angguk faham.


Estafet maut
            Boleh dibilang Hikmah merupakan travel yang paling produktif membawa jemaah umrah selama Maret 2012. Karena dalam satu bulan tersebut, Hikmah mengirim 7 rombongan. Jemaah Bukit Tinggi, Jambi, Semarang, Palembang, Makassar dan Jakarta. Hanya berselang beberapa hari dan minggu saja, rombongan jemaah yang satu datang sementara yang lain bersiap-siap pualgn ke tanah air.
            Pengalaman ini membuat media takjub kepada Hikmah. Karena di usianya yang kelima,masih cukup muda, Hikmah sudah bisa menjangkau hampir seluruh wilayah nusantara.       
            Namun, karena banyaknya jemaah tidak sebanding dengan petugas yang ada di Arab Saudi beberapa waktu lalu petugas Hikmah sempat keteteran mengurus jemaah. Terutama masalah pemondokan yang tadinya harus 500 meter dari Al-Haram terpaksan harus mundur 800 meter karena keterlambatan dalam pembokingan.
            Elly Lubis selaku pembimbing senior sempat kecewa dengan petugas Hikmah di Arab Saudi. “Saya baru kali ini menemukan kejadian seperti ini. Kenapa harus saat jemaah yang saya bawa sedang banyak-banyaknya,” katanya kepada media.
            Barangkali ini ujian untuk hikmah agar segera membenahi masalah pemondokan. Bila perlu dibuat pemondokan khusus untuk jemaah Hikmah, seiring meningkatnya jemaah yang mendaftar haji dan umrah di Hikmah. Sehingga untuk urusan pemondokan tidak menjadi kendala di lain waktu.
            Di lain sisi muthawwif juga menjadi kendala yang cukup krusial saat puncak musim umrah seperti saat itu. Hikmah butuh banyak muthawwif. “Hikmah perlu mencari tambahan muthawwif profesional untuk menangani estafet jemaah yang semakin panjang,“ kata Elly.

Semua (dapat) lebih
            Tim media berkesempatan berbincang-bincang dengan beberapa jemaah, salah satunya Rafli(67) dari Bukit Tinggi, ia mengaku puas selama ikut dengan travel Hikmah. “Pelayanannya sangat bagus. Kita selalu dapat lebih,” katanya. “Janjinya di hotel lain, malah dapat di Zamzam Tower, ini kan luar biasa,” kata pria yang pada bulan Ramadhan nanti akan berangkat lagi umrah ke Mekkah dengan travel Hikmah ini.
“Mudah-mudahan kedepan Hikmah bisa lebih baik lagi,” lanjutnya. Semoga doa orang-orang yang shaleh seperti bapat itu benar-benar membuat Hikmah menjadi travel yang selalu melayani jemaah dengan sempurna dan penuh rasa tulus-ikhas. Semoga!

MOMEN ISTIMEWA UMRAH MARET 2012







01 Juni 2012

RUMAH SAKIT MEKKAH STANDAR EROPA



“Di tangan raja, rumah sakit di Mekkah kini terus berbenah. Ia tak lagi sekadar melayani para jemaah demam panas atau flu biasa, tapi sudah membuka pelayanan operasi jantung terbuka, transplantasi organ tubuh dan perawatan lanjutan lainnya dengan fasilitas kedokteran yang super canggih.”

Ali Ahmad, direktur Institute for Gulf Affairs salah satu lembaga riset oposisi Saudi yang berbasis di Washington pernah melontarkan sebuah pernyataan "Mekkah sekarang sudah seperti Las Vegas," begitu katanya setelah melihat perkembangan kota suci Mekkah saat ini.
Dalam dunia kedokteran dan kesehatan, Saudi, khususnya Mekkah kini memang sudah seperti Las Vegas. Dalam catatan penulis saat ini Mekkah punya dua rumah sakit canggih yang menyediakan pelayanan yang selama ini hanya tersedia di Barat, yaitu rumah sakit Dr Soliman Fakeeh dan rumah sakit King Abdul Aziz.
Seperti rumah sakit Dr Soliman Fakeeh yang didirikan 1978,  kini rumah sakit ini sudah menjadi salah satu pilar utama di kota Mekkah yang disusul setelahnya oleh rumah sakit King Abdul Aziz. Rumah sakit ini dikenal memiliki tim dokter dan perawat professional. Mereka bekerja dengan semangat dan tekad yang tinggi untuk kesembuhan pasien. Sehingga untuk urisan pelayanan, kini mereka sudah menyamai standar pelayanan kesehatan di Inggris.
Bukan Cuma itu, saat ini rumah sakit Dr Soliman Fakeeh sudah memiliki dua kali lipat kapasitas rawat inap 500 tempat tidur. Sedangkan ekspansi yang paling dikenal seantero Arab dan yang menjadi kecanggihan rumah sakit ini adalah mereka sudah membuka pelayanan operasi jantung terbuka, bedah saraf, neurologi, nefrologi dan klinik infertilitas. Hebat sekali bukan!
Saat ini dua rumah sakit canggih ini sudah menjadi rujukan khusus bagi keluarga-keluarga kerajaan. Namun bukan berarti menafikan orang Indonesia. Asalkan surat-menyuratnya lengkap rumah sakit ini konon mau menerima pasien non Arab. Contohnya rumah sakit King Abdul Aziz sejak 2010 lalu menerima pasien asal Indonesia yang memerlukan perawatan. Mereka siap memberikan pengobatan terhadap penyakit apapun yang diderita pasien dari Indonesia. 

PESAN HABIB UMAR UNTUK MUSLIM INDONESIA


"Di tengah ritual ibadah umrah yang padat, saya bersama rombongan 'mencuri waktu' untuk mengunjungi rumah mufti Syafi’i yaitu Habib Umar Al-Jailani. Apa saja pesannya untuk para jemaah dan Muslim Indonesia?"

            Tak ada angin, tak ada hujan, pagi itu tiba-tiba saya diculik salah satu muthawwif, Dedi, pemuda asal Lombok di kamar 706 hotel Nawarat Syams, Mekkah. Saya akrab sekali dengan pemuda ini. Katanya saya mau dibawa silaturahim ke rumah ulama besar di kota Mekkah, dan sekaligus itu guru beliau. Awalnya saya agak sungkan, karena kualitas bahasa Arab saya masih di bawah 300. Katanya mereka sudah menyiapkan salah seorang penerjemah, saya pun jadi semangat untuk berangkat.
Rupanya saya tidak sendirian, ada kira-kira 20 jemaah Hikmah yang lain dari Semarang sedang menunggu di depan hotel. Mereka juga hendak berkunjung ke sana. Hati saya semakin lega, karena banyak teman. Ustaz Yusuf Isnan juga ikut, beliau adalah kepala rombongan dari Semarang. Kualitas bahasa Arabnya tak diragukan lagi.
Kami berangkat naik mini bus langsung menuju kediaman Habib Umar Al-Jaelani yang tidak berapa jauh dari Masjidil-Haram. Habib Umar merupakan cucunya Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani, salah satu ulama besar penerus ajaran Imam Syafi’i. Saat ini Habib Umar dinobatkan sebagai Mufti Imam Syafi’i atau pemberi fatwa tentang ajaran-ajaran Imam Syafi’i ke seluruh dunia.
Tiba di kediamannya jemaah disambut ramah oleh tiga muridnya yang berbadan besar dan menggunakan jubah putih. Kami dipersilakan masuk ke ruangan Habib Umar. Namun sayang sekali, jemaah perempuan tidak diperbolehkan masuk ke rumahnya. Ya, begitulah adat Mekkah. Terpaksa para ibu-ibu menunggu di dalam bus.
Sapa hangat beliau pagi itu benar-benar membuat hati saya sejuk. "Begini rupanya cara orang Arab menyambut tamu," gumam saya dalam hati. Ia menyambut dengan senyum. Cipika-cipiki ala Arab. Sekelebat suasana saat itu langsung berubah menjadi teduh.
Namanya juga rumah ulama besar, so pasti, di dalam rumahnya banyak referensi kitab-kitab. Hampir seluruh dinding rumahnya adalah rak-rak yang dipenuhi oleh buku-buku berbahasa Arab. Kepala saya jadi geleng-geleng melihatnya. Takjub!
Ustaz Yusuf kemudian memulai pembicaraan. Ia menanyakan kabar Habib Umar. Menjelaskan tentang situasi Indonesia saat ini. Kondisi muslim Indonesia. Karena Habib Umar adalah salah satu ulama besar yang paling dekat dengan Indonesia. Ia menyebutkan bahwa Islam yang paling natural itu ada di Indonesia. “Jangan dianggap Arab itu Islam. Arab banyak yang bukan pemeluk Islam. Keturunan Abu Jahal dan Abu Lahab masih ada di sini.” katanya.
Setiap tahun Habib Umar menyempatkan diri ke tanah air untuk menyampaikan risalah/dakwah. Ia sering ke Surabaya, Semarang dan Jakarta. Bahkan, sangkin dekatnya dengan Indonesia, beliau seringkali memberikan beasiswa kepada pelajar-pelajar Indonesia yang berprestasi untuk melanjutkan studi di Yaman.
Walau cuma setengah jam berada di kediaman beliau, namun rasanya saya seperti menuntut ilmu selama satu tahun. Karena wejangan-wejangan yang keluar dari mulut beliau banyak mengandung hikmah dan motifasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ada satu pesan yang sangat melekat di hati saya “Islam yang paling murni itu ada di Indonesia,” katanya. “Oleh sebab itu berpegang teguhlah kalian pada apa yang sudah diajarkan tentang Islam oleh pendahulu kalian. Karena Ahlus-Sunnah wal Jamaah itu akan diselamatkan oleh Allah. Lain dengan Syi’ah, ajaran tersebut perlu dijauhi, karena mereka membenci para Sahabat. Sedangkan Rasul sangat menyayangi sahabat,” katanya.
Hari itu benar-benar menjadi perjalanan yang sangat menakjubkan. Nyesal kalau saya tidak ikut.
Sebelum pulang, beliau memberikan hadiah dua jilid buku Al-Adabul Mufrad kepada masing-masing jemaah. Buku tersebut merupakan salah satu hasil telaahnya mengenai Al-Qur'an dan Hadits. Semua jemaah saya lihat menyambut dengan senang. Termasuk saya. Terimakasih Habib Umar. Semoga sehat selalu!

FENOMENA PENGEMIS SATU RIYAL


"Ibarat gula, Mekkah adalah manisan yang banyak mengundang para pengais rezeki datang ke kota ini untuk mengadu nasib. Laki-laki maupun perempuan. Pekerja disektor formal maupun non formal. Bahkan yang bertangan buntung ikut berpartisipasi, menjadi pengemis jalanan."

Mekkah bukan cuma kota ziarah yang banyak dikunjungi Muslim dari berbagai penjuru dunia. Ibarat gula, Mekkah adalah manisan yang banyak mengundang para pengais rezeki datang ke kota ini untuk mengadu nasib. Laki-laki maupun perempuan. Pekerja disektor formal maupun non formal. Bahkan yang bertangan buntung ikut berpartisipasi, menjadi pengemis jalanan.
Kota Mekkah saat ini sudah dibanjiri pengemis. Apalagi pada saat musim haji. Dua kali lipat lebih banyak dari hari biasa. Mereka banyak datang dari Bangladesh dan warga kulit hitam Afrika. Biasanya para pengemis ini mangkal diperempatan jalan, di pusat perbelanjaan dan di seputar Masjidil Haram.
“Hajjah, Hajjah, satu riyal, satu riyal,” demikian ucap mereka jika bertemu dengan jemaah dari Indonesia.
Mereka rata-rata adalah anak-anak perempuan usia 6-9 tahun. Ada yang cacat dua lengannya dan banyak diantara mereka yang pura-pura buntung dua lengannya. Mereka sengaja melipat tangannya ke dalam baju kemudian ditutup menggunakan jilbab yang ia kenakan. Tak terbayangkan, anak yang masih polos punya pemikiran dan ide konyol semacam itu. Yang jelas mereka merupakan korban eksploitasi orang dewasa.
Untuk pengemis d wilayah Masjidil Haram biasanya mereka muncul saat menjelang shalat dzuhur, ashar dan sebelum magrib. Mereka duduk berderet menunggu jamaah yang datang dan pulang dari Masjid. Di jalan Al-Khalel yang diapit Zamzam Tower dan Hilton, di sana biasanya ramai berbaris.
Fenomena ini sudah membuat jengkel pemerintah setempat, karena sudah sangat mengganggu ketertiban umum. Aparat Pemda (Baladiyah) dan Polisi Lalu Lintas Mekkah sering dikerahkan merazia para pengemis tersebut, namun mereka kembali lagi setelah petugasnya pergi. Bila tertangkap pun, mereka biasanya punya cara ampuh untuk melepaskan dari, yaitu dengan mengiba dan menangis kencang, sehingga menarik perhatian orang banyak dan membuat petugas tidak tega melihatnya.
Mufti Besar Mekkah pernah mengeluarkan himbauan kepada jamaah untuk tidak memberikan sedekah kepada para pengemis. Namun, entah mengapa itu tidak menjadi jaminan pengemis bersih dari tahan haram. Kemungkinan jawabannya karena umat muslim masih banyak yang ingin bersedekah.
Mufti menambahkan lagi, bahwa, kalau jemaah ingin bersedekah, silakan kepada yang lebih jelas manfaatnya seperti bersedekah kepada petugas kebersihan Masjidil Haram dan kepada fakir miskin yang benar-benar sedang membutuhkan bantuan. 
Untuk Anda yang ingin bersedekah silakan pertimbangkan himbauan ini!